ZERO : “ketika dunia sudah tuli dan tak ada yang peduli”

Waktu menunjukan pukul 18.45 WIB. Tempat ini mungkin akan menjadi pasar malam ketika di dirikan beberapa wahana permainan. Memang benar kegaduhan yang ada ini berasal dari obrolan puluhan orang yang berkumpul disebuah teras gedung pertunjukan teater, tapi mereka kemari bukan untuk naik komedi putar atau mencari baju bekas di owol-owol melainkan ingin menyaksikan sebuah pertujukan teater dengan judul ZERO, sebuah karya putu wijaya dengan sutradara yogi, yang di pentaskan pada 3 Maret 2012 di teater arena, taman budaya jawa tengah ini.

ZERO, menanti kemunculan HERO

Apa yang anda bayangkan ketika bumi ini sudah berada di titik nol. Nol bagi saya berarti sebuah kondisi kekosongan atau tidak ada apa-apa. Ketika melihat karya teater ini, maka zero dapat pula diartikan sebuah kondisi dimana bumi mengalami kekosongan, kekosongan akan kepedulian manusia dengan alam sekitarnya, mengakibatkan bumi ini sudah tidak memiliki apa-apa lagi.

Dibuka dengan sebuah tokoh yang mengajak kita melestarikan alam, dan disambut dengan kumpulan anak kecil berbaju warna-warni ala kurcaci dengan riangnya menyanyikan lagu. Kumpulan anak kecil itu kemudian berhenti bernyanyi karena kedatangan kumpulan orang berpakaian plastik dan bergerak layaknya mesin-mesin yang digunakan untuk membangun sebuah gedung, sampai adegan kemunculan alien yang ingin menjadikan bumi menjadi tempat pembuangan sampah, karena sudah menggangap bumi banyak sampah dan tanpa penghuni. hingga akhirnya sang dalang mengajak anak-anak kecil itu untuk mengambil semua tanaman yang ada, dan mengacungkannya ke langit agar para alien mengetahui bahwa masih ada kehidupan di bumi, dan berharap para alien tidak menyerang bumi.

Baca pos ini lebih lanjut

Satu Frame

Foto ini yang menjadikan kami (saya, lusida, ucup, ajik) seperti sudah menjadi satu frame dengan anak-anak di dukuh turgo, desa purwobinangun, sleman, jogja. satu frame keluarga bersama anak-anak ini, satu frame bermain dan belajar bersama merekam yang ada.

4 hari kami bersama mereka, mencoba belajar melihat yang ada di sekitar mereka, merekam lingkungan mereka (meskipun terkadang handycam berubah jadi teropong pengintai), dan berusaha ingin menunjukan pada semua orang, meskipun mereka belum dewasa, tapi mereka ingin menjadi bagian dalam catatan sejarah tempat tinggal mereka.

Semoga kami bisa kembali lagi bersama mereka, karena frame ini masih tetap melekat membingkai kami berempat. Terima kasih kawan-kawan…

TIK TAK bebas

tik tak tik tak tik tak tik tak tik tak tik tak tik tak tik tak tik tak…

rangkaian huruf di atas menjadi awal pertanyaanku, kenpa aku tidak mengkopi paste saja tulisan itu berkali-kali, kenapa aku menulis berkali-kali, apakah mungkin karena sudah terlalu lama aku tidak menulis hingga membuatku lupa jalan pintas untuk melakukan hal ini itu. mungkin saja.

orang berangapan mungkin aku sedang menuliskan bunyi detakan jam analog, atau mungkin beberapa orang berangapan itu adalah gambaran dari sebuah waktu yang sunyi dan hanya terdengar suara detakan jam. aku membebaskan persepsi itu semua kepada para pembaca, toh persepsi orang akan suatu hal juga akan berbeda-beda dan ketika ada istilah “mari kita samakan persepsi kita dulu” aku kurang yakin apakan kita bisa satu persepsi atau tidak, beberapa persen kita bisa satu persepsi, tapi tetap saja ada beberapa penafsiran yang berbeda dari masing-masing orang, wajar saja kalu berbeda karena  mereka punya bagian otak imajinasi masing-masing yang mereka kendalikan sendiri.

hal inilah yang mungkin bisa kita lakukan saat ini, yaitu menghargai persepsi masing-masing orang. saat ini kita lebih bisa mengatakan “maklumlah” untuk menenangkan semua hal. berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang kita hadapi, mencoba membaca baru bercerita, mencoba mendegar baru bicara, dan mencoba melihat sebelum menampilkan.

Be F Oktober Part 1, Pejuang layar

Cerita ini terinspirasi dari kegalauan teman-teman team screening dalam sebuah perhelatan akbar kesenian pada tanggal 14 Oktober 2011, namun beberapa pihak yang tidak dapat bekerjasama dengan baik dan ganguan komunikasi mengakibatkan penghargaan pada sebuah screening diacuhkan, tidak ada kegelapan dalam screening itu, tidak ada energi yang mumpuni, dan bagaikan sebuah kerikil yang dijadikan sebagai banjal hiburan dan penarik mangsa dengan dalih sebagai ajang promosi sebuah lembaga yang harusnya juga lebih paham dalam etika pemutaran film, kami dianggap anak kecil yang sedang bermain tanah liat yang tak perlu dianggap dalam perhelatan akbar ini. Terima kasih atas gratisan yang kami dapat, dan terima kasih atas pelajaran yang kami terima.

SCENE 1630

EXT-LADANG RANJAU-DAY

CAST:PEJUANG LAYAR

Suasana masih tetap ramai sehabis dibukanya sebuah Festival Perjamuan Delegasi. Sisa-sisa daging pembuka masih tersebar di area ranjau. Warna jingga kini mulai menutupi ladang ranjau tersebut, namun daging-daging itu tak berkurang sedikitpun malainkan semakin bertambah banyak, bagaikan sebuah perhelatan akbar dipenuhi daging yang berpesta. Suasana berbeda terlihat dari balik layar yang terletak di pojok ladang ranjau itu, tempat dimana para pejuang layar mempersiapkan penyerangan untuk para daging-daging yang haus akan darah. Berbagai senjata sedang mereka siapkan, beberapa dari mereka menata sound weapon sebagai senjata penarik bala bantuan pejuang dengar dari negeri seberang, beberapa pejuang lainya mempersiapkan light weapon yang akan digunakan ketika kami butuh bala bantuan dari penjuru pandang. Sejak tanggal 13 oktober kemarin para pejuang layar sudah mempersiapkan semua ini untuk menarik energi dari daging-daging tersebut demi kelangsungan generasi negeri layar, mereka berencana melakukan penyerangan malam nanti, karena menurut raja ladang ranjau daging-daging itu akan bertambah banyak pada malam hari tanggal 14 Oktober ini.

SCENE 1900

EXT-MARKAS-NIGHT

CAST:PEJUANG LAYAR

Malam ini rencana penyerangan akan segera di mulai. Semua senjata sudah ditancapkan sumber energi yang tersedia di markas belakang layar. Entah apa yang berada dalam pikiran sang raja ladang ranjau, kami para pejuang hanya di beri sebuah kotak tanah sebagai markas dan pusat penyerangan kami, yang terletak di pojok ladang ranjau ini sebuah posisi yang tidak startegis untuk melakukan penyerangan kepada para daging, posisi yang terletak di lembah gunung-gunung yang mengelilingi para pejuang, para daging itu lebih suka bersembunyi di antara gunung-gunung itu dari pada mendekat ke markas kami untuk kami kuras energinya. Beberapa menit sebelum penyerangan, para pejuang layar harus berhadapan dengan musuh baru yang mengambil sumber energi kami, semua senjata tidak dapat berfungsi seketika. Pejuang layar harus mencuri energi dari istana badut yang berada di seberang ladang ranjau.

SCENE 1930

EXT-DEPAN ISTANA BADUT-NIGHT

CAST:Kucluk layar dan semprul layar cs.

Kucluk, sebagai energy engineer berusaha mendekati istana badut tanpa tameng pelindung. Di depan istana itu berbaris penjaga-penjaga istana. Kucluk berusaha mendekati istana dan berusaha meminta ijin kepada para penjaga untuk mencuri energi dari istana. Para penjaga melarangnya, kucluk yang bertampang sangar itu dianggap mencurigakan oleh para penjaga, namun para penjaga yang berbaik hati mengasihani kucluk, dan mengijinkan mengambil sumber energi dari istana badut ketika para badut sudah pergi ke istana kuncup untuk melakukan ritual bersama badut-badut yang lain. Perjuangan kucluk akhirnya di teruskan oleh semprul cs melalui pinggiran pagar ladang ranjau, dalam tengah perjalanan dia di hadang oleh pangeran ladang ranjau yang menghalangi semprul untuk mengambil energi dari istana ranjau, pangeran ladang ranjau berangapan bahwa pengambilan energi itu dapat mempermalukan ladang ranjau yang harusnya memberikan energi kepada markas pejuang layar, namun dengan kekuatan super angry yang dikeluarkan semprul akhirnya pangeran ladang ranjau ketakutan dan akhirnya semprul cs dapat mengambil energi dari istana badut untuk melanjutkan penyerangan.

SCENE 2030

EXT-LADANG RANJAU-NIGHT

CAST:PEJUANG LAYAR

Penyerangan akan segera di mulai, para pejuang layar sudah berdo’a bersama demi penyerangan untuk mengumpulkan energi demi kelangsungan generasi negeri layar. Penguasa jagad perhelatan sepertinya memang belum memahami makna penyerangan ini, mereka lebih dahulu menyerang para pejuang layar dengan serangan sinar putih dari dua penjuru, satu di bagain depan istana badut dan menyinari layar pejuang, satu lagi terletak di ujung perahu jagad perhelatan yang meyinar kesamping markas pejuang. Menjadikan penyerangan ini kurang maksimal, daging-daging itu lebih memilih menghaiskan energinya kegunung-gunung disekitar kami. Pejuang layar akhirya memutuskan hanya menyerahkan beberapa video musik dari light weapon dan mengeraskan serangan dari sound weapon unuk menarik para daging itu, tindakan ini berhasil mengumpulkan beberapa daging ke depan layar pejuang, beberapa menit kemudian serangan sinar putih kehabisan energi di salah satu penjuru yang terletak didepan istana badut. Para pejuang tidak menyiakan kesempatan kecil ini pada akhir penyerangan dengan memberikan sebuah tontonan komedi bernama pembantu keki untuk para daging.

SCENE 2130

EXT-MARKAS-NIGHT

CAST:PEJUANG LAYAR

Pejuang merasa tersingkirkan dalam perhelatan akbar ini. Merasa penyerangan ini sia-sia dan hanya membuang tenaga para pejuang layar, merasa mereka hanya dimanfaatkan sebagai banjal dalam ladang ranjau ini. Dalam kesepakatan pejuang layar yang melakukan penyerangan aknirnya mereka bermufakat untuk memindahkan penyerangan besok di tempat lain, di tempat yang lebih memberikan kesegaran untuk negeri layar, di tempat yang lebih memberikan output murni dalam penyerangan ini. Para pejuang akhirnya mengemas semua senjata yang mereka bawa, mengulung layar, dan mencabut sumber energi. Dilain pihak mereka merasa bangga dapat hadir di perhelatan ini, meskipun tidak merasa terlalu berharga, namun penyerangan inilah yang memberikan banyak pelajaran pada pejuang layar dalam melakukan penyerangan. Penyerangan kedua lebih tidak akan maksimal ketika kami berada di pojok ladang ranjau, tempat yang tersedia tidak mumpuni untuk melakukan penyerangan, apa lagi besok akan dilakukan pertunjukan yang terletak didepan istana badut, pejuang merasa ditipu ketika mendapatkan tempat penyerangan tersebut, apalagi informasi tentang pertunjukan itu baru didengar oleh para pejuang ketika penyerangan akan dimulai, semua penyerangan ini akhirnya hanya untuk memuaskan raja ranjau tanpa memberikan output berarti bagi para pejuang layar.

Semoga para pembaca paham apa yang saya maksud, sebuah uneg-uneg yang menganjal pikiran ini. terimakasih kepada eko, fikri, titis, lusida, diah, leonard, adryan, nelsa, anggit, angel, aiesh dan teman-teman pejuang layar yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.